Foto : Presiden Soeharto |
Jakarta, Pesan Rakyat - Bapak Pembangunan Indonesia, begitu sosok Jenderal Besar TNI (Purn) HM Soeharto disebut. Dia merupakan presiden kedua Republik Indonesia.
Soeharto lahir Kemusuk, Yogyakarta pada 8 Juni 1921. Ibunya bernama Sukirah dan ayah beliau yang merupakan seorang pembantu lurah dalam bidang pengairan sawah dan juga sekaligus seorang petani yang bernama Kertosudiro.
Soeharto memimpin Indonesia selama 32 tahun (periode 1967-1998). Hal ini membuatnya menjadi presiden Indonesia dengan jabatan terlama.
Pada 1969 Soeharto dianggap berhasil menjalankan roda pemerintahan dengan baik. Hal itu terlihat dimulainya pembangunan-pembangunan di Indonesia. Hal tersebut dituangkan ke dalam jargon kebijakan ekonomi yang disebut dengan Trilogi Pembangunan, yaitu stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan pemerataan pembangunan.
Bahkan, di tengah kesulitan dan resesi yang menerjang seluruh dunia kala itu, Indonesia malah dianggap sebagai negara kuat oleh Bank Dunia. Mampu mencapai laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) rata-rata 7,6 persen per tahun.
Meski mendapat pujian, ada juga kelompok yang tidak mendukung upaya yang telah dilakukan Soeharto. Disisi lain, Soeharto juga enggan diberikan gelar tersebut lantaran disebut tak suka sanjungan dan penghargaan.
Seiring berjalannya waktu dan munculnya banyak desakan, melalui Tap MPR No V tahun 1983, MPR mengangkat Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Republik Indonesia.
"Penghargaan rakyat itu bagi saya adalah penghargaan terhadap keputusan rakyat sendiri yang telah berhasil memilih seorang pemimpin yang dapat melaksanakan tekad rakyat untuk membangun," ucap Soeharto kala itu.
Pada 1969 Soeharto dianggap berhasil menjalankan roda pemerintahan dengan baik. Hal itu terlihat dimulainya pembangunan-pembangunan di Indonesia. Hal tersebut dituangkan ke dalam jargon kebijakan ekonomi yang disebut dengan Trilogi Pembangunan, yaitu stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan pemerataan pembangunan.
Bahkan, di tengah kesulitan dan resesi yang menerjang seluruh dunia kala itu, Indonesia malah dianggap sebagai negara kuat oleh Bank Dunia. Mampu mencapai laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) rata-rata 7,6 persen per tahun.
Meski mendapat pujian, ada juga kelompok yang tidak mendukung upaya yang telah dilakukan Soeharto. Disisi lain, Soeharto juga enggan diberikan gelar tersebut lantaran disebut tak suka sanjungan dan penghargaan.
Seiring berjalannya waktu dan munculnya banyak desakan, melalui Tap MPR No V tahun 1983, MPR mengangkat Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Republik Indonesia.
"Penghargaan rakyat itu bagi saya adalah penghargaan terhadap keputusan rakyat sendiri yang telah berhasil memilih seorang pemimpin yang dapat melaksanakan tekad rakyat untuk membangun," ucap Soeharto kala itu.
Dilansir dari biografiku.com, Soeharto memulai karier militernya dengan pangkat sersan tentara KNIL. Dari KNIL itu ia kemudian menjadi Komandan PETA pada zaman penjajahan Jepang, setelah itu ia menjabat sebagai komandan resimen berpangkat mayor kemudian menjabat komandan batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.
Ketika peristiwa G-30-S/PKI meletus pada tanggal 1 Oktober 1965, Kekosongan pimpinan membuat Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Pangkostrad kemudian bergerak cepat mengambil alih kendali pimpinan Angkatan Darat.
Dia kemudian mengeluarkan perintah cepat untuk mengatur dan mengendalikan negara pada peristiwa yang dianggap sebagai kudeta oleh PKI. Setelah peristiwa G-30-S/PKI, Soeharto kemudian menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat menggantikan Jenderal Ahmad Yani yang gugur di tangan PKI.
Dilansir dari biografiku.com, Soeharto memulai karier militernya dengan pangkat sersan tentara KNIL. Dari KNIL itu ia kemudian menjadi Komandan PETA pada zaman penjajahan Jepang, setelah itu ia menjabat sebagai komandan resimen berpangkat mayor kemudian menjabat komandan batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.