Foto : Istimewa |
Jakarta, Pesan Rakyat - Republik Islam Iran melaui Pemerintah Iran menyatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam serangan terhadap tentara Amerika Serikat di Irak dan Suriah.
"Klaim yang menyebut Iran melakukan serangan terhadap aparat atau fasilitas AS di Irak adalah keliru dan minim bukti," kata Duta Besar Iran untuk PBB, Majid Takht Ravanchi dikutip dari kantor berita Iran, IRNA, dan dilansir Reuters, Senin (5/7).
Serangan terhadap markas pasukan AS di Irak dan Suriah diduga sebagai balasan setelah Pemerintah AS melalui Presiden AS, Joe Biden, memerintahkan serangan udara menggunakan pesawat nirawak (drone) terhadap pangkalan milisi Syiah di kedua negara itu.
"Argumen AS yang menyatakan serangan itu dilakukan untuk membuat gentar Iran dan milisi yang dituduh menerima bantuan dari kami supaya tidak melakukan serangan balasan tidak didukung bukti-bukti yang sah, dan hal itu dibuat-buat sebagai interpretasi atas Pasal 51 Piagam PBB," ucap Ravanchi.
"Serangan AS adalah pelanggaran terhadap hukum internasional," Imbuh Ravanchi.
Dalam pasal itu disebutkan 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB harus segera diberitahu jika ada negara yang melakukan serangan dengan alasan membela diri dari kelompok bersenjata.
Militer AS menyatakan bahwa mereka menggencarkan gempuran dari udara ini untuk membalas serangan drone milisi ke personel mereka di Irak
Angkatan Bersenjata AS menyatakan mereka menargetkan fasilitas penyimpanan senjata dan markas milisi di dua lokasi di Suriah dan satu di Irak. Fasilitas yang menjadi target serangan merupakan milik sejumlah milisi Syiah, termasuk Kataib Hizbullah dan Kataib Sayyid al-Shuhada.
Ini merupakan serangan kedua AS ke kawasan Timur Tengah di bawah perintah langsung sang presiden Joe Biden.
Biden pertama kali memerintahkan serangan udara ke milisi yang didukung Iran di Suriah pada Februari lalu, sekitar sebulan setelah ia dilantik menjadi presiden.
-Dimas