Tips Agar Tidak Mudah Termakan Berita Hoaks.

 

Foto : Istimewa

Jakarta, Pesan Rakyat - Sebelum lahirnya media baru, khalayak hanya biasa menerima berita tanpa mlihat sumber berita, hal ini membuat masyarakat sampai saat ini terbiasa dalam mengkonsumsi berita. Banyak dari mereka yang belum mengetahui adanya perbedaan dari media sebelumnya dengan perkembangan media baru untuk dijadikan sumber berita yang benar.

Teknologi informasi dalam beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan yang begitu pesat. Berdasarkan hasil riset We Are Social Hootsuite mencatat jumlah pengguna sosial media secara global terus meningkat setiap tahunnya.

Pada Januari 2021, angkanya mencapai 4,2 miliar atau tumbuh 13,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dirinci, rata-rata lebih dari 1,3 juta pengguna baru di media sosial setiap harinya sejak 2020.

Angka tersebut setara dengan 155 ribu pengguna baru setiap detik. Kondisi demikian mengindikasikan adanya beberapa faktor yang membuat media sosial kian berubah dalam pendistribusian informasi, ketika siapapun dapat menyebarkan sebuah berita pada media sosial tanpa terkecuali.

Tidak heran jika hal ini dimanfaatkan oleh para penulis yang tidak bertanggung jawab. Perkembangan media baru yang sangat cepat ini telah mempengaruhi masyarakat dalam mengkonsumsi berita, salah satunya masyarakat Indonesia.

Saat ini pemberitaan hoaks sudah sangat banyak berkecimpung di media sosial, menurut data Kemenkominfo menyebutkan bahwa sampai saat ini tercatat ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang telah terindikasi sebagai penyebar informasi palsu.

Hal ini sangat disayangkan karena pertambahan pengguna media sosial (media baru) terus meningkat namun minimnya himbauan untuk menggunakan media sosial dengan bijak bagi para pengguna media sosial terlebih pengguna media sosial yang masih awam.

Dalam berita hoaks tidak hanya berbentuk berita tulisan saja, namun juga menggunakan rekayasa foto atau video yang bisa terlihat seakan akan asli dan nyata. Dalam perekayasaan itu bisa saja dengan mengubah, menghilangkan, atau menambahkan sesuatu yang ada di dalam foto atau video tersebut ketika itu akan menimbulkan kesalahpahaman terhadap apa yang diinformasikan. Tentu ini sangat fatal jika terus dilakukan tanpa adanya pembenahan.

Tak bisa dipungkiri memang hadirnya media baru saat ini mampu menghadirkan berbagai kemudahan bagi khalayak dalam menjawab kebutuhan akan informasi. Namun, dampak lain dari hadirnya media baru yaitu membuka ruang besar bagi kehadiran informasi atau berita-berita hoaks mengenai suatu peristiwa yang sangat meresahkan publik.

Namun pemberitaan di media sosial tidak bisa dikatakan sepenuhnya berita yang tidak memiliki kredibilitas apabila produksi berita sesuai dengan kaidah jurnalistik yang berlaku. Isi berita dapat dikatakan kredibelitas apabila media tersebut tetap mematuhi asas professional jurnalisme, meskipun pada media sosial kecepatan merupakan hal utama namun ketetapan harus menjadi spesifikasi dalam akurasi berita (Ode,2015).

Pendekatan Uses and Gatifications memberikan kekuasaan pada khalayak untuk memutuskan media mana yang akan dipilih atau dikonsumsi. Masyarakat memiliki peran aktif dalam memilih media untuk diintegrasikan dalam kehidupannya dan khalayak juga bertanggungjawab terhadap media yang dipilihnya.

Dengan ini khalayak tidak bisa sepenuhnya menyalahkan berita hoaks yang beredar, karena khalayak sudah sepenuhnya mampu memilih sumber berita yang dipilih. Dalam mengatasi permasalahan ini, khalayak diharapkan mampu untuk memiliki dasar pengetahuan dalam memilih sumber berita yang tepat seperti dilansir tulisan seorang asisten professor di bidang komunikasi dan media Melissa Zimbars berjudul False Misleading, Clickbait-y, and/or Satirical "News" Sources, dalam website liputan6.com yaitu

1. Hindari alamat situs berakhiran -lo

Situs web semacam ini biasanya memenggal potongan informasi dari berita akurat, namun hanya beberapa kata bahkan menambahkan opini yang dapat menggiring pembacanya.

2. Waspada terhadap situs berakhiran .com.co

Situs web seperti ini merupakan versi palsu dari sumber berita asli.

3. Pastikan situs berita kredibel

Biasanya ada lebih dari satu sumber berita yang seharusnya melaporkan suatu topik atau peristiwa.

4. Nama domain aneh

Biasanya nama dominan yang aneh membuat berita aneh dan belum tentu benar.

5. Perhatikan atribusi penulis (dan editor)

Adanya atribusi dan editor penting diperhatikan karena ketiadaannya kadang kala menandakan bahwa suatu berita patut dicurigai dan perlu diverifikasi kebenarannya,

6. Proses penyuntingan

Berita yang benar perlu melalui proses penyuntingan yang benar pula.

7. Tentang kami

Penting untuk memperthatikan "tentang kami" di suatu situs web.

8. Desain web buruk dan huruf kapital

Perlu juga perhatikan desain web apakah asal-asalan karena hal ini bisa membantu dalam memverifikasi kebenarannya.

9. Memancing amarah

Jika berita yang diberikan dapat memancing khalayak marah maka kemungkinan besar berita tersebut tidak benar karena berita yang benar tidak akan memamcing khalayak marah.

10. Doxing

Situs web yang valid tidak akan mungkin meminta khlayaknya untuk mengisi informasi personal.

11. Baca beberapa sumber

Terakhir memang perlu untuk khalayak membaca beberapa sumber untuk memastikan berita yang dibaca benar adanya.

Kesimpulannya, media baru dalam berbagai bentuknya tidak bisa dipandang sebelah mata. Penggunaan media baru yang sudah menjadi keseharian bagi masyarakat pada umumnya.

Dengan kemudahan mengakses informasi saat ini ada dampak negatif yang media sosial timbulkan, ketika saat ini pula yang menjadi tanggung jawab khalayaknya sendiri.

Maka dari itu kita harus melek teknologi dan harus cerdas dalam menyikapi berita berita yang tidak dapat dipertanggung jawabkan sehingga tidak lagi termakan oleh berita-berita hoaks namun selain itu untuk mengatasi permasalahan ini tentu juga perlu adanya campur tangan pemerintah untuk membatasi dalam penyebaran informasi di media sosial.

-Kikidamanhuri

Lebih baru Lebih lama