Rupiah Konsisten Jadi Idola di Asia

Foto : Istimewa

Jakarta, Pesan Rakyat - Harga tukar rupiah sepanjang pekan lalu mencatat penguatan 0,59% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.420/US$. Penguatan rupiah di pekan ini berpotensi berlanjut, dan tidak menutup kemungkinan mencapai Rp 14.100/US$.

Rupiah masih sangat menjadi idola pelaku pasar di Asia, di saat mata uang lainnya "dibuang". Hal tersebut tercermin dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters yang menunjukkan pelaku pasar mengambil posisi beli (long) terhadap rupiah, bahkan menjadi satu-satunya yang terbesar diantara 9 mata uang Asia lainnya.

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

Survei terbaru yang dirilis, Kamis (7/10/2021) pekan lalu menunjukkan angka untuk rupiah di -0,29, meski menipis dari 2 pekan lalu -0,5.

Survei ini konsisten dengan pergerakan rupiah, ketika pelaku pasar mengambil posisi long, maka rupiah akan cenderung menguat, begitu juga sebaliknya.

Selain itu, rilis data tenaga kerja AS pada pekan lalu membuat pelaku pasar kembali menimbang-nimbang peluang kenaikan suku bunga di tahun depan. Untuk tapering, hampir pasti akan dilakukan di tahun ini, tetapi untuk kenaikan suku bunga, ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell, sebelumnya mengatakan perlu kemajuan lebih lanjut di pasar tenaga kerja.

Tetapi, pada pekan lalu data tenaga kerja justru dirilis mengecewakan. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang bulan September perekonomian Negeri Paman Sam mampu menyerap 194.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) sangat jauh di bawah prediksi pasar sebanyak 490.000 tenaga kerja.

Tetapi di sisi lain, rata-rata upah per jam menunjukkan peningkatan 0,6% dari bulan sebelumnya. Sementara jika dilihat dari September 2020, terjadi peningkatan sebesar 4,6%. Dalam 6 bulan terakhir, rata-rata upah per jam menunjukkan kenaikan 6% year-on-year (YoY). Kenaikan upah tersebut membuat inflasi diprediksi masih akan tinggi dalam waktu yang lebih panjang, yang bisa berdampak pada proyeksi kebijakan moneter The Fed.

Secara teknikal, sejak bulan September rupiah yang disimbolkan USD/IDR bergerak sideways dengan batas atas di kisaran Rp 14.280/US$ dan batas bawah di Rp 14.185/US$.

Sideways artinya rupiah cenderung bergerak dalam rentang harga tersebut. Meski batas atasnya sempat ditembus dua pekan lalu, tetapi rupiah kini bisa diuntungkan dari munculnya dragonfly doji.

Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, jika muncul saat tren naik maka harga berpotensi berbalik turun. Mengingat rupiah disimbollkan USD/IDR, jika berbalik turun artinya rupiah menguat. Dan benar saja, sejak muncul pola tersebut rupiah mengalami penguatan.

Alhasil rupiah kembali berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100, dan MA 200 sepanjang pekan lalu. Artinya, rupiah bergerak di bawah 3 MA yang bisa memberikan tenaga menguat.

Sementara itu, melihat indikator Stochastic harian yang belum mencapai wilayah jenuh jual (oversold) peluang penguatan rupiah terbuka lebih besar.

Support berada di kisaran Rp 14.185/US$ yang menjadi target penguatan hari ini. Jika dilewati rupiah berpeluang menguat menuju Rp 14.100/US$ di pekan ini.

Sementara resisten berada di kisaran Rp 14.280/US$ hingga Rp 14.300/US$ yang merupakan MA 200 menjadi penahan pelemahan rupiah. Tetapi jika ditembus, sebelum menuju menuju Rp 14.350/US$.

-Kikidamanhuri

Lebih baru Lebih lama