Orang Pertama Yang Meneriakan Indonesia Merdeka, Guru Para Pelopor Bangsa

Foto : Hos Cokroaminoto/kiki pesanrakyat.id

Jakarta, Pesan Rakyat - Seperti diketahui Hari Pahlawan menjadi peringatan nasional setiap tanggal 10 November 2021.

Hal ini berdasarkan Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur dan ditandatangani oleh Presiden Soekarno.

Hari Pahlawan sekiranya tidak hanya sekedar diingat setiap tanggal 10 November namun lebih dari pada itu bagaimana menanamkan nilai-nilai kepahlawanan kepada generasi sekarang untuk mengisi kemerdekaan.

Dalam rangka memperingati hari pahlawan tepat hari ini 10 November 2021. Ada satu nama yang terlupakan dia dikenal dengan julukan Raja Jawa tanpa Mahkota, namanya juga sangat dikenal sebagai maha guru para pemimpin besar negeri ini. Beragam ideologi yang lahir dari pemikirannya.

Dia adalah Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto atau yang lebih dikenal nama HOS Cokroaminoto, adalah salah satu pelopor pergerakan di Indonesia.

Tokoh-tokoh pergerakan bangsa tercatat pernah menyerap ilmu darinya. Sebut saja, misalnya, Semaun, Muso, Soekarno, Kartosuwiryo, bahkan Tan Malaka. Bersama Cokroaminoto, mereka pertama kali menolak untuk tunduk pada kolonial Belanda.

Di kemudian hari, mereka menjadi sosok yang memegang teguh pandangannya masing-masing dalam memajukan masyarakat Indonesia.

Cokroaminoto lahir di Tegalsari, sebuah desa di Ponorogo, Jawa Timur. Ia lahir pada tanggal 16 Agustus 1882. Cokroaminoto merupakan anak kedua RM Tjokroamiseno dari 12 bersaudara. Kakeknya RM Adipati Tjokronegoro pernah menjabat sebagai Bupati Ponorogo.

Beliau bangsawan yang sangat disegani masyarakat karena bekerja sebagai wedana di Kleco, Madium. Meski begitu, Cokroaminoto malah tidak memiliki pendidikan formal. Meskipun beliau tercatat sebagai lulusan akademi pamong praja dari OSVIA di Malang. 

Namun, pengetahuan dan pemikiran Cokroaminoto, justru ia peroleh dengan mempelajarinya secara otodidak, hingga pengaruhnya pun sangat kuat pada rakyat jelata. Bahkan, tidak sedikit juga rakyat menganggapnya sebagai ratu adil, akan tetapi Cokroaminoto sangat menolak gelar tersebut. 

Cokroaminoto terkenal giat dalam belajar politik. Karier awal politiknya dimulai ketika ia mendirikan Sarekat Islam (SI) pada Mei 1912. Mulanya, Sarekat Islam bernama Sarekat Dagang Islam (SDI), yang bertujuan untuk membantu dan menjaga bumiputera, khususnya dalam hal industri ketika menghadapi persaingan dengan pedagang Cina.

Pergolakan yang terjadi kala itu membuat SDI diganti menjadi Sarekat Islam dan melantik Hadji Oemar Said Cokroaminoto sebagai ketua pada Mei 1912. SI difungsikan untuk meningkatkan perdagangan bangsa, membantu anggotanya yang mengalami kesulitan ekonomi, dan mengembangkan kehidupan keagamaan masyarakat.

Langkah pergerakan Cokroaminoto begitu terlihat dalam Kongres SI ketiga pada 1918 di Surabaya. Ia mengatakan bahwa jika Belanda tidak melakukan reformasi sosial besar-besaran, maka SI akan melakukannya di luar parlemen.

Arah pergerakan SI mulai tampak setelah dilakukan beberapa kongres sejak 1913. Dalam kongres sebelumnya jelas dipaparkan mengenai pencapaian kemerdekaan ditempuh dengan jalan revolusi.

Bahkan pada 1916 SI menyatakan agenda selanjutnya dalam kongres nasional adalah berjuang melawan kapitalisme. Namun, pada 1921, ketika kongres di Yogyakarta, SI secara terang-terangan terbelah menjadi dua: Cokroaminoto dengan semi-nasionalis dan sosialis sedangkan pihak Semaun dengan gerakan revolusioner.

Pada 1924, SI versi Cokroaminoto melakukan reorganisasi. Nama organisasi pun diubah menjadi Partai Serikat Islam Indonesia (PSII). H. Agus Salim tampil lebih kuat menjadi pemimpin partai tersebut. Dua tahun berselang, Cokroaminoto dan KH Mas Mansur diutus untuk ikut kongres di Makkah Kesempatan itu juga digunakan Cokroaminoto untuk menunaikan ibadah haji. 

Sosok Cokroaminoto tidak hanya dikenal sebagai aktifis politik nasionalis, melainkan juga pemikir, pedagang, dan pemuka agama.

Nama beliau tidak pernah lepas dari berbagai tokoh mulai dari Soekarno (nasionalis), Semaun (sosialis), Kartosuwiryo (ahli agama), Tan Malaka (Komunis) dan masih banyak lagi.

Cokroaminoto sebagai guru yang baik memberikan pesan kepada muridnya. Saat dalam pembelajaran atau ceramah, ia sering menyelipkan sepatah nasehat dan pesan perjuangan. “Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicara seperti orator”.

Pernyataan ini menjadi spirit bagi para muridnya. Ini jugalah yang membentuk Soekarno sebagai salah satu pemimpin dengan orasi yang mampu membius semua yang mendengarkan. 

Warisan-warisan itulah yang ia tinggalkan hingga akhir hayatnya di usia 52 tahun. Cokroaminoto meninggal di Yogyakarta tepat pada 17 Desember 1934. Ia dimakamkan di TMP Pekuncen Yogyakarta.

Tjokroaminoto memang tidak sempat menikmati alam kemerdekaan. Namun, pengaruh dan sumbangsihnya bagi gagasan bangsa Indonesia untuk berdiri di atas kaki sendiri sangat besar. Presiden Sukarno atas nama pemerintah RI menetapkan H.O.S. Tjokroaminoto sebagai pahlawan nasional pada 1961.

Demikian adalah ulasan tentang biografi dan sejarah sepak terjang Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto atau yang lebih dikenal nama HOS Cokroaminoto, semoga dapat menginspirasi generasi muda khususnya pada momen memperingati Hari Pahlawan.

-Dimas

Lebih baru Lebih lama